Luis Enrique: Dulu Diejek Saat Latih AS Roma Kini Dipuji Pelatih Terbaik Dunia | OneFootball

Luis Enrique: Dulu Diejek Saat Latih AS Roma Kini Dipuji Pelatih Terbaik Dunia | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Bolatimes.com

Bolatimes.com

·12 de julio de 2025

Luis Enrique: Dulu Diejek Saat Latih AS Roma Kini Dipuji Pelatih Terbaik Dunia

Imagen del artículo:Luis Enrique: Dulu Diejek Saat Latih AS Roma Kini Dipuji Pelatih Terbaik Dunia

Bolatimes.com - Luis Enrique kini bisa dibilang sebagai pelatih terbaik dunia. Namun, ia pernah mengalami masa sulit saat menangani AS Roma pada musim 2011/2012.

Dalam sebuah wawancara emosional dengan La Gazzetta dello Sport, Walter Sabatini, mantan direktur olahraga Roma, membuka kisah di balik kegagalan Enrique di Italia yang kala itu penuh tekanan dan ketidakadilan.


OneFootball Videos


Luis Enrique direkrut setelah pihak Roma terkesima dengan gaya bermain tim Barcelona B yang kala itu ia tangani.

Namun, harapan tinggi itu tak sejalan dengan kenyataan.

“Lingkungan saat itu tidak memperlakukannya dengan layak,” ujar Sabatini.

“Bahkan ada yang mengejeknya dengan sebutan 'Stanlio', tokoh dari film Laurel and Hardy, karena gaya bicaranya yang dianggap aneh.”

Sabatini mengakui bahwa cemoohan itu sangat melukai perasaan Enrique.

"Kami—saya, Baldini, dan Pallotta—sudah memohon agar dia tetap bertahan, tapi dia tak ingin tahu. Ia sudah sangat kecewa."

Meski hanya semusim di Olimpico, warisan Enrique tak sepenuhnya gagal. Daniele De Rossi, legenda Roma, disebut bahkan sampai mengatakan,

"Ini seperti pertama kalinya saya benar-benar bermain sepak bola."

Gaya melatih Enrique yang menuntut pemahaman taktik tinggi dan kerja keras benar-benar membuka cakrawala baru bagi para pemain.

“Luis adalah idola bagi sebagian besar pemain, kecuali dua atau tiga,” ungkap Sabatini. “Ia meminta hal-hal yang belum pernah diminta oleh pelatih sebelumnya.”

Kini, Enrique menangani Paris Saint-Germain (PSG) dan meraih kesuksesan dengan pendekatan berbeda dari era Messi-Neymar-Mbappe.

Menurut Sabatini, perbedaannya terletak pada semangat berkorban dan etos kerja pemain seperti Dembélé dan Kvaratskhelia.

Ia menilai Enrique membentuk tim penuh keyakinan dan kebanggaan—dua hal yang sulit ditanamkan pada tim bertabur bintang egois.

Ver detalles de la publicación