Bola.net
·3 de marzo de 2025
Perjalanan Karier Tristan Alif: Dulu Pernah Dipuji Guardiola, Kini jadi Pelatih di Akademi Shin Tae-yong

In partnership with
Yahoo sportsBola.net
·3 de marzo de 2025
Bola.net - Tristan Alif Naufal, seorang mantan pemain sepak bola muda Indonesia, memiliki perjalanan karier yang menarik perhatian banyak orang. Di usia yang sangat muda, ia pernah viral berkat kemampuan bermainnya yang luar biasa, bahkan sampai menarik perhatian Pep Guardiola. Momen bersejarah ini terjadi saat Guardiola mengunjungi Indonesia pada tahun 2012, di mana ia memberikan pujian kepada Tristan dan menyarankan agar ia terus mengasah kemampuannya.
Setelah pujian dari Guardiola, Tristan Alif berusaha untuk mengikuti jejaknya dengan mencoba pelatihan di akademi-akademi sepak bola ternama di Eropa. Namun, meski memiliki potensi yang besar, Tristan memutuskan untuk pensiun dini dari dunia sepak bola profesional di usia 20 tahun. Kini, ia telah beralih profesi menjadi pelatih di Shin Tae-yong Football Academy, melanjutkan kecintaannya terhadap sepak bola dalam bentuk yang berbeda.
Keputusan pensiun dini Tristan cukup mengejutkan, mengingat bakatnya yang menjanjikan dan peluang yang ada di depan mata. Namun, pilihan ini menunjukkan bahwa ia ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan generasi muda di akademi tersebut. Mari kita telusuri lebih jauh perjalanan karier Tristan Alif yang penuh liku ini.
Tristan Alif Naufal (c) Bola.com/M Iqbal Ichsan
Pujian dari Pep Guardiola menjadi salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan karier Tristan. Saat itu, Guardiola mengagumi bakat Tristan yang luar biasa dan bahkan menyebutkan kemungkinan Barcelona akan menawarkannya tempat di akademi mereka. Ini adalah pengakuan yang sangat berarti bagi seorang pemain muda seperti Tristan.
Setelah mendapatkan perhatian dari Guardiola, Tristan berusaha untuk mengikuti pelatihan di La Masia, akademi sepak bola terkenal milik Barcelona. Sayangnya, ia menghadapi kendala administrasi yang membuatnya tidak dapat melanjutkan rencananya. Meski demikian, semangatnya untuk berkarier di Eropa tidak surut.
Tristan kemudian mencoba peruntungannya di akademi Ajax Amsterdam pada tahun 2013 dan sempat dilirik oleh Feyenoord Rotterdam.
Namun, pujian tersebut tidak serta-merta membawa Tristan ke puncak karier. Ia tetap harus berjuang keras untuk membuktikan diri di level profesional. Sayangnya, jalan yang ia tempuh tidak semudah yang dibayangkan.
Selain mencoba La Masia, Tristan juga berlatih di berbagai akademi sepak bola ternama lainnya. Ia pernah bergabung dengan SSI Arsenal dan akademi Liverpool, dua akademi yang dikenal menghasilkan banyak pemain bintang. Pengalaman ini tentu sangat berharga bagi perkembangan skill-nya sebagai seorang pemain.
Tristan juga sempat bermain untuk CD Leganes, sebuah klub yang berkompetisi di La Liga Spanyol. Meski tidak bertahan lama, pengalaman ini menambah wawasan dan keterampilan bermainnya. Ia juga pernah bermain untuk Nathan Lebak FC, sebuah klub di Liga 3 Banten, yang menjadi bagian dari perjalanan kariernya.
Pengalamannya di berbagai akademi dan klub Eropa menunjukkan betapa seriusnya Tristan dalam mengembangkan bakatnya. Namun, meskipun memiliki banyak pengalaman, keputusan untuk pensiun dini tetap menjadi langkah yang mengejutkan.
En vivo