Ali Adnan: Saya Cinta Irak, Meski Orang Bilang Buruk! | OneFootball

Ali Adnan: Saya Cinta Irak, Meski Orang Bilang Buruk! | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Stats Perform

Stats Perform

ยท7 Maret 2020

Ali Adnan: Saya Cinta Irak, Meski Orang Bilang Buruk!

Gambar artikel:Ali Adnan: Saya Cinta Irak, Meski Orang Bilang Buruk!

agi kebanyakan atlet, masa liburan adalah waktu untuk bersantai dan melepas penat. Juga waktu untuk merenungkan musim yang baru berakhir dan menyambut yang baru. Untuk pertama kalinya di Major League Soccer (MLS), para pemain mendapat kesempatan berlibur yang cukup lama.

Namun, bek sayap Vancouver Whitecaps, Ali Adnan tidak bisa bersantai sepanjang musim dingin ini. Sang pemain berusia 26 tahun itu menjalani liburannya di Irak, alih-alih beristirahat, ia justru bergabung dengan para demonstran yang memperjuangkan kehidupan lebih baik lagi bagi masyarakat negaranya.


Video OneFootball


Perjalanan pulang sang penggawa internasional Irak itu bukan yang pertama. Ia memang terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan di negara asal sembari menjalani karier sebagai pemain profesional, yang pernah dihabiskannya di Serie A Italia bersama Udinese dan Atalanta serta Turki bersama Caykur Rizespor. Sepakbola merupakan gairah Adnan, tapi tujuan hidupnya adalah membantu orang-orang yang kurang beruntung di negaranya.

"Semua orang mencintai negara ini, tapi saya merasa seperti seseorang yang berbeda," ujar Adnan kepada Goal. "Jika seseorang mencintai negaranya 90 persen, saya mencintai negara saya 200 persen. Sungguh, saya sangat mencintai negara saya. Itulah sebabnya sangat berarti bagi saya. Ketika saya melihat orang-orang, mereka berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Orang-orang di sini, mereka berharap memiliki negara dan kehidupan yang lebih baik, tapi itu tidak mereka dapatkan. Kami memiliki segalanya di negara ini. Masyarakat sudah hidup tanpa perang, tanpa masalah makanan."

"Sekarang adalah saat bagi semua orang untuk mendukung Irak, karena saya pikir Irak sebagai negara sangat penting bagi semua orang di dunia. Saya berharap bisa membantu negara saya. Setelah menuntaskan musim saya di sini, saya dapat berlibur, tapi saya tidak melakukan itu. Saya lebih memilih pulang ke Irak. Semua orang mengatakan kepada saya, 'Itu berbahaya.' Juga, rekan-rekan setim, staf, mereka bertanya, 'Apa yang Anda lakukan di sana? Itu berbahaya.' Saya katakan, 'Tidak. Bagi saya, ini bukan apa-apa. Tidak berbahaya, karena saya selalu bersama orang-orang di sana dan tidak pernah menjadi masalah bagi saya."

"Orang-orang dari luar memandang Irak dan mereka menganggapnya sebagai negara yang hanya mereka lihat di TV. Ketika melihat TV, mereka berkata, 'Negara sialan apa ini', Anda tahu? itu normal, tapi ketika Anda berada di sana, di dalam negaranya, Anda melihat orang-orang, betapa mereka saling mencintai, saling membantu. Jika Anda datang dari negara lain dan pergi ke sana, dan jika tidak memiliki makanan atau uang, mereka akan memberi apa yang Anda mau dan mengizinkan Anda berada di sana selama yang Anda inginkan. Semuanya menyenangkan di sana. Saya suka membantu negara saya. Saya berharap tahun ini, kami semua bisa memiliki kehidupan yang lebih baik."

Sebelum perjalanan pulang ke Irak, Adnan menghabiskan tahun 2019 lalu beradaptasi dengan kehidupan di Kanada, dalam musim pertamanya di MLS. Ia awalnya bergabung dengan Vancouver Whitecaps pada Maret 2019 lalu sebagai pemain pinjaman, yang

Total, Adnan tampil sebanyak 28 laga dalam musim pertamanya di MLS, bersama Whitecaps yang inkonsisten hingga gagal menembus babak play-off. Bagi Adnan, itu adalah musim adaptasi, terutama soal perjalanan pergi dan pulang. Pemain yang punya 73 caps bersama Irak itu mengatakan terkadang menghabiskan 25 hingga 30 jam pulang ke negaranya untuk mengikuti tugas internasional. Itu butuh perjuangan lebih, terutama bagi pemain yang baru menjajal karier di Amerika Serikat (AS).

"Ketika saya datang ke sini, jujur saja, saya tidak merasa MLS adalah liga yang cukup besar bagi saya, karena saya datang dari Italia, tapi setelah itu saya terkejut," kata Adnan. "Segalanya indah di sini. Orang-orang, stadion, fans dan tim-tim di sini memiliki banyak pemain bagus, seperti kebanyakan tim-tim besar. Saya merasa sulit bermain di sini."

"Saat pertama datang, saya merasa ini akan menjadi liga yang mudah, tapi saya tidak menyangka akan sesulit ini. Saya sekarang benar-benar mencintai liga ini. Saya merasa seperti akan ada perbedaan besar antara di sini dan Eropa, tapi ketika pertama tiba, tidak terasa. Satu-satunya perbedaan besar adalah waktu. Terkadang butuh waktu lebih dari 10 jam untuk bertandang. MLS akan menjadi salah satu liga terbaik di dunia."

Sepanjang kariernya, pemain berusia 26 tahun tersebut telah meninggalkan jejaknya bagi sepakbola Irak. Ia merupakan pemain Irak pertama yang menembus Serie A dan satu-satunya pemain kelahiran tanah Irak yang bermain di MLS. Ia menyusul rekan senegaranya, Justin Meram bermain di Irak, meski Meram merupakan pemain kelahiran AS generasi pertama yang membela negara orang tuanya di kancah internasional. Dan para pemain seperti Meram, adalah bagian dari perubahan dalam sepakbola Irak, karena tim asal Asia Barat tersebut mulai terbuka menerima kedatangkan wajah-wajah blasteran atau yang memiliki paspor ganda dalam beberapa tahun terakhir.

Targetnya? Lolos ke Piala Dunia 2022. Irak baru sekali tampil di turnamen tersebut yakni pada 1986. Samai saat ini, Lions of Mesopotamia menduduki puncak klasemen Grup C dalam ronde kedua kualifikasi zona Asia. Catatan yang bagus, mengingat FIFA tidak mengizinkan mereka menggelar semua laga kandang di negara sendiri karena adanya kerusuhan belakangan ini, memaksa mereka mengadakan partai di Yordania.

Tapi Adan meyakini target lolos ke Qatar pada 2022 nanti masih sangat mungkin, dan ia akan melakukan apa pun untuk membuat Irak memiliki prestasi lebih baik dalam prosesnya, baik di dalam mau pun luar lapangan.

"Jika Anda melihat para pemain, seperti kami memiliki Justin [Meram], yang lahir di sini, di Amerika," lanjutnya. "Kami memiliki dua pemain yang lahir di Swedia. Satu di Inggris, begitu banyak pemain yang lahir di luar negara kami. Tapi saya akan memberi tahu Anda sesuatu. Itu karena mereka adalah pemain terbaik. Kami memiliki banyak pemain luar biasa."

"Ketika kami bermain untuk tim nasional, saat pertama bertemu, kami katakan, jika ada pemain muda baru, kami mengatakan, 'Kami bermain untuk negara.' Tidak ada satu pun pemain di sini yang bermain untuk dirinya sendiri, untuk sesuatu yang lain. Jika Anda seperti itu, maka Anda hanya akan bertahan selama dua pekan dan setelah itu, Anda tidak akan bermain bersama kami lagi."

"Semuanya memahami dengan sangat baik, ketika bermain untuk negara, maka tidak boleh lagi memikirkan tentang diri sendiri. Para pemain yang ada, ketika mereka datang untuk tim nasional, mereka hanya memiliki satu hal di pikiran masing-masing. Kami hanya berjuang untuk memenangkan pertandingan dan membuat masyarakat negara ini bahagia. Itu saja."