Stats Perform
·14 Juni 2020
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·14 Juni 2020
Bakat muda timnas Indonesia yang kini mengadu nasib di Serbia, Witan Sulaeman, telah mencetak debut di SuperLiga Serbia pada Minggu (14/6) dinihari WIB. Membela FK Radnik Surdulica, Witan tampil sebagai pemain pengganti saat timnya takluk dari Radnicki Nis dengan skor 4-2. Terlepas dari hasil minor dari Radnicki Nis, Radnik memang sudah dipastikan tidak akan terdegradasi atau masih akan eksis di kompetisi sepakbola tertinggi di Serbia itu untuk musim depan. Witan dan kawan-kawan tergolong beruntung karena situasi pandemi, regulasi babak championship dan babak degradasi dihapuskan sekaligus memastikan tidak akan ada tim yang turun kasta. Jika saja SuperLiga Serbia masih memberlakukan sistem yang berlaku sejak awal liga seperti biasanya, maka Radnik sudah dipastikan akan tampil di kualifikasi babak degradasi kendati masih memiliki satu laga lagi di kompetisi reguler kontra Vozdovac pada Sabtu (20/6).
Sistem kompetisi SuperLiga Serbia memang unik, dan lain daripada kompetisi di Daratan Eropa lainnya. Kompetisi sepakbola kasta teratas Serbia ini memiliki dua babak dalam satu musim. Diikuti oleh 16 peserta, masing-masing klub akan bermain sebanyak 30 kali di reguler dalam sistem double round-robin. Setelah itu, delapan tim teratas masuk ke babak kejuaraan (championship), sementara delapan tim terbawah masuk ke babak degradasi.
Sistem yang digunakan dalam kedua babak itu adalah setengah kompetisi (round-robin), sehingga nantinya semua tim di SuperLiga akan memainkan total 37 laga dalam semusim. Delapan tim teratas di babak championship akan bermain untuk memperebutkan gelar juara serta slot di kompetisi-kompetisi Eropa. Selain itu, delapan tim teratas babak reguler pun sudah dipastikan bertahan di SuperLiga untuk musim berikutnya. Di sisi lain, delapan tim terbawah di babak degradasi akan berjuang untuk tetap eksis di SuperLiga musim berikutnya. Pada babak degradasi, dua tim terbawah (peringkat 15 dan 16) akan otomatis turun kasta, dan tim yang becokol di peringkat ketiga dari bawah (14) akan memainkan laga play-off degradasi melawan peringkat ketiga Serbian First League (kasta kedua).
Klub Witan, Radnik Surdulica, memang masih dicap sebagai tim semenjana sejak promosi ke SuperLiga pda musim 2015/16. Dalam empat musim terakhir, tim dengan warna kebesaran biru itu selalu masuk ke babak degradasi agar tak turun kasta. Menurut pelatih PSS Sleman asal Serbia, Dejan Antonic, jika penghapusan regulasi babak championship dan degradasi sangat baik. Menurut eks pelatih kepala Persib Bandung itu, aturan seperti liga pada umumnya akan lebih adil. Dejan juga berujar jika penghapusan degradasi akan sangat baik bagi klub-klub untuk memainkan pemain muda, termasuk yang dilakukan Radnik Surdulica pada eks PSIM Yogyakarta, Witan Sulaeman. Dejan menilai jika klub-klub akan lebih leluasa mengeksplorasi pemain mudanya jika tidak ada degradasi karena tekanan sedikit berkurang. "Saya lebih suka sistem Liga Serbia seperti yang sekarang ini karena lebih adil. Kalau saja sistem ini masih diberlakukan di musim berikut, bukan tak mungkin klub besar seperti Red Star atau Partizan akan tergelincir oleh klub-klub seperti Radnik Surdulica," ujar Dejan. "Dengan tidak adanya degradasi, semua tim punya kesempatan baik untuk memainkan pemain muda termasuk Radnik Surdulica. Dimainkannya Witan, mungkin karena Radnik Surdulica sudah tidak ada beban degradasi lagi sehingga bisa maksimal memainkan pemain muda seperti Witan," tukas Dejan.
Langsung
Langsung
Langsung
Langsung