Stats Perform
·28 Maret 2022
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·28 Maret 2022
Cesc Fabregas mewanti-wanti bahwa bakat dan kreativitas seorang pemain tak lagi menjadi prioritas karena sepakbola semakin "robotis".
Bekas gelandang Arsenal, Barcelona, dan Chelsea itu meyakini perhatian terhadap statistik dan penggunaan GPS menjadi yang utama dalam persiapan tim dan hal tersebut merenggut emosi dari sepakbola.
Perubahan dalam tren sepakbola ini membuat Fabregas merasa "kuno", dan dia mengaku bahwa sepakbola tidak akan kembali seperti semula.
"Sepakbola sudah amat sangat berubah," ucap pemain AS Monaco itu kepada Marca.
"Perubahan ini dimulai empat atau lima tahun lalu, dan sekarang sudah semakin kentara."
"Saya sudah bermain di bawah beberapa pelatih dan ini terjadi kepada saya bukan cuma ketika di bawah satu dua orang. Ini terjadi di bawah empat sampai lima pelatih. Situasi ini akan menjadi pakem baru."
"Ia adalah metode yang didasarkan pada begitu banyak otomatisme di mana pelatih pada dasarnya menginstruksikan sejauh apa Anda harus mengumpan bola di setiap saat. Pemain harus menempati posisi spesifik. Sepakbola robotik mulai tercipta."
"Lalu ada juga sepakbola GPS. Banyak pelatih yang terobsesi dengan angka. Kalau Anda tidak memproduksi angka tersebut, Anda tidak siap bermain, setelah istirahat Anda harus memproduksi angka-angka tersebut untuk mempertahankan levelnya... kadang saya memang agak kuno soal ini."
"Saya sudah menghidupi banyak momen hebat, tahapan hebat sepanjang karier saya, di mana saya, tanpa berlatih, menjalani musim yang hebat baik dari segi fisik dan emosional."
"Sekarang rasanya kalau Anda tidak berlatih, Anda tidak bisa bagus. Ini semua didasari sains, angka, dan GPS."
Fabregas juga menyadari bahwa pelatih tak lagi ambil pusing dengan kemampuan sepakbola seorang pemain, dan justru lebih memprioritaskan kekuatan dan kecepatan.
"Pelatih modern menginginkan daya saing, bahwa pesepakbola harus selalu dalam kondisi fisik terbaiknya," imbuh Fabregas.
"Ya beginilah adanya. Kalau ada satu pemain yang lebih cepat dari satunya dan pemain yang lebih lamban lebih berbakat, maka pelatih akan memainkan pesepakbola yang lebih kuat dan cepat. Saya tidak meragukan itu."
"Anda menonton pertandingan dan Anda tahu apa yang akan terjadi. Sedikit pressing, bola panjang ke belakang garis pertahanan, striker menekan hingga akhir atau gelandang tiba dan rasanya jadi sangat monoton di banyak tim."
"Obsesi terhadap angka inilah yang membuat saya menganggap bakat semakin tak dilirik atau semakin tidak penting."