Stats Perform
·28 April 2019
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·28 April 2019
Gelandang Rennes Hatem Ben Arfa tidak bisa tidak menyindir mantan klubnya, Paris Saint-Germain, yang baru saja dikalahkannya dalam final Coupe de France, Sabtu (27/4). Ia menyebut PSG sudah terbiasa membuang keunggulan di laga penting.
Ini merujuk pada kegagalan PSG yang dalam beberapa tahun terakhir tersingkir tragis di Liga Champions kendati di awal unggul atas lawan-lawannya. Seperti diketahui, Barcelona (2016/17) dan Manchester United (2018/19) mampu mendepak PSG secara dramatis kendati raksasa Prancis itu sempat unggul jauh di leg pertama.
Kali ini, PSG mendapat pelajaran serupa di partai puncak Coupe de France. Rennes sempat tertinggal 2-0 dari PSG, tapi kemudian berhasil bangkit menyamakan kedudukan sebelum keluar sebagai juara lewat adu penalti.
"Kami mampu melakukan Remontada. Namun sebetulnya PSG sudah terbiasa dengan hal itu," sindir Ben Arfa di area mixed zone selepas pertandingan.
"Saya tidak punya maksud untuk menyerang mereka [PSG]. Saya hanya punya masalah dengan pemimpin mereka [manajemen PSG dan presiden Nasser Al-Kehlaifi]."
Ben Arfa memang punya sejarah buruk dengan PSG. Semasa bermain di klub ibu kota Prancis itu, ia sempat diasingkan selama 15 bulan dari tim utama. Kemenangan ini pun menghadirkan kepuasan tersendiri buatnya.
"Hasil ini menghadirkan perasaan yang luar biasa untuk saya. Kami sangat bangga. Anda tidak boleh meremehkan lawan. Suatu hari nanti, lawan itu akan kembali lebih kuat. Seperti halnya saya pada hari ini. [Gelandang PSG terpinggirkan] Adrien Rabiot mungkin kelak bisa mengikuti jejak saya," imbuh Ben Arfa.