Mendalami Keputusan Witan Sulaeman Berkarier Di Serbia | OneFootball

Mendalami Keputusan Witan Sulaeman Berkarier Di Serbia | OneFootball

In partnership with

Yahoo sports
Icon: Stats Perform

Stats Perform

·11 Februari 2020

Mendalami Keputusan Witan Sulaeman Berkarier Di Serbia

Gambar artikel:Mendalami Keputusan Witan Sulaeman Berkarier Di Serbia

Witan Sulaeman resmi gabung dengan klub asal Serbia, FK Radnik Surdulica, dengan durasi kontrak 3,5 tahun. Hal tersebut sekaligus mewujudkan ambisi dari Witan yang memang sangat ingin berkarier di Eropa.

Sebelumnya Witan diduga bakal menyusul Egy Maulana Vikri yang sudah lebih dulu di Eropa dengan memperkuat klub asal Polandia, Lechia Gdansk. Namun, sang agen Dusan Bogdanovic, punya peran besar mengarahkan Witan ke Radnik.


Video OneFootball


Dusan menjelaskan bahwa Witan sadar dengan keputusannya untuk membela Radnik -- sebuah klub berusia 94 tahun dari kota Surdulica, dan tampil di kasta tertinggi kompetisi sana. Tentu, klub tersebut pun menjanjikan Witan slot untuk mengisi tim utama, bukan satelit.

Bergabungnya Witan ke Radnik juga bisa menjadi pintu untuk pemain Tanah Air, ke Serbia. "Saya ingin membuka banyak jaringan untuk pemain Indonesia, termasuk Witan Sulaiman yang memang ingin bergabung dengan klub Serbia untuk menjadi sebuah batu loncatan dalam kariernya," beber Dusan kepada media.

Mulai mengorbitkan pemain muda Indonesia ke Eropa Timur menjadi tren yang cukup unik. Di balik hal unik dalam artian tak biasa, apa bermain di Eropa Timur merupakan keputusan efektif untuk perkembangan karier si pemain?

Witan musim lalu membela klub Liga 2, PSIM Yogyakarta. Pada musim pertamanya membela klub profesional, Witan terlihat masih hijau dan membutuhkan waktu untuk bersaing di kompetisi profesional. Apalagi Liga 2, yang lebih mengedepankan fisik ketimbang teknik.

Sebagai seorang pemain sayap atau gelandang kreatif, atribut utama Witan tentu adalah teknik. Ia akan menemui banyak pekerjaan rumah ketika gabung Radnik dalam urusan adaptasi. Bahkan, pemain Indonesia yang lebih berpengalaman dari Witan pun mungkin akan menemui hal serupa.

Salah satu hal yang membuat Witan mungkin agak kesulitan ketika bermain untuk PSIM musim lalu adalah kerasnya kompetisi Liga 2 yang berkaitan dengan fisik. Maka, penyesuaian fisik pasti akan menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi Witan juga saat di Serbia. Terlebih, soal fisik sudah kalah dengan pemain di Serbia. Hal serupa pun dialami Egy, ketika ia harus mengejar bobot badannya, supaya bisa bersaing dengan rekan satu tim.

Menurut Dejan Antonic, pelatih asal Serbia yang sudah lama berkarier di Indonesia, sederet persoalan harus bisa diatasi pemain Indonesia jika ingin bermain di Eropa Timur, khususnya Serbia.

"Cuaca dan bahasa menjadi masalah besar yang akan dihadapi pemain Indonesia saat memulai karier di Eropa. Kalau bahasa mungkin sekarang sudah banayak pemain yang paham bahasa Inggris. Tapi kalau cuaca, pemain perlu waktu lama untuk terbiasa main di suhu dingin seperti di Serbia yang pada musim dingin bisa di bawah sepuluh derajat celsius," kata Dejan.

Hal yang agak melegakan menurut Dejan adalah, Serbia berbeda dengan negara Eropa Timur lainnya. Eks pelatih Madura United dan Borneo FC itu menyebut Serbia cukup taktikal, dan kekuatan bukan hal utama dalam sepakbola mereka.

"Hal lain mungkin tidak terlalu berat. Di Indonesia mungkin terbiasa main dengan power tapi di Serbia lebih taktikal. Hal itu mungkin perlu adaptasi sedikit, tapi bukan masalah besar," urai mantan pemain Persebaya Surabaya itu.

Dengan beratnya persaingan yang dialami Egy saat di Polandia, tentu Witan diharapkan tidak mengalami hal serupa. Terlebih menurut Dejan, Serbia memang tengah berupaya membuka jalur untuk pemain Asia mengawali mimpi mereka berkarier di Eropa.

"Saya sudah dengar kalau ada pemain Indonesia yang akan main di Serbia bersama Radnik. Di Serbia saat ini, sedang ada tren memberi peluang bagi pemain Asia," tuturnya.

Jepang, Korea Selatan, atau bahkan Thailand mungkin jadi destinasi yang lebih relevan untuk pemain Indonesia belajar berkarier di luar negeri. Apalagi jika pemain tersebut masih punya ambisi besar membela timnas Indonesia, karena jarak dan penyesuaian jadwal negara Asia tidak serumit jika bermain di Eropa.

Mungkin bakal lebih baik jika pemain Indonesia sepenuhnya fokus untuk perkembangan mereka ketika sudah merumput di Eropa. Selagi muda, lupakan tekanan dan ekspektasi yang berharap si pemain langsung jadi pahlawan untuk Tanah Air karena sudah beberapa bulan bergabung dengan tim Eropa.

"Saya harap ia bisa belajar dengan baik. Jangan berikan Witan banyak tekanan, biarkan dia belajar dengan baik selama setahun atau dua tahun. Jika berjalan baik, ini bisa jadi batu loncatan bagi dia untuk berkarier di Spanyol, Italia, atau liga-liga besar Eropa lainnya. Semoga Witan bisa punya rasa percaya diri yang bagus," tutup Dejan.