Stats Perform
·3 Juni 2020
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·3 Juni 2020
Bek klub MLS Amerika Serikat Real Salt Lake, Nedum Onuoha (33 tahun), mengakui bahwa ia tidak pernah merasa aman sepenuhnya selama berkarier di Negeri Paman Sam.
Demonstrasi besar-besaran terjadi di semua negara bagian Amerika Serikat sejak kematian George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika yang meninggal setelah petugas polisi Derek Chauvin menindih lehernya dengan lutut selama lebih dari delapan menit, Senin (25/5).
Adapun Onuoha adalah pemain kelahiran Nigeria namun besar di Inggris. Ia hijrah dari QPR ke Real Salt Lake, klub yang berbasis di Utah sejak 2018.
"Saya harus ekstra hati-hati tentang bagaimana saya bersikap dan hal-hal yang dapat dipantau oleh otoritas,” ucap Onuoha kepada BBC Radio 5 Live, Rabu (3/6).
“Saya sebetulnya tidak nyaman untuk mengatakannya, tetapi saya memiliki rasa takut dan ketidakpercayaan terhadap polisi. Saya senang tinggal di negara ini tetapi ada [sisi lain] di sana.”
“Di Inggris, saya lebih nyaman karena jika sesuatu terjadi mungkin tidak akan mematikan. Tetapi di sini, karena hak-hak [kepemilikan senjata api] mereka, lebih umum bahwa pertengkaran berpotensi mematikan. Saya sangat sadar akan hal itu setiap kali saya pergi ke mana saja.”
“Saya nyaman, tetapi terkait kebrutalan yang urusannya dengan polisi, jika mereka menafsirkan dengan cara yang salah, maka hidup saya bisa diambil. Saya merasakannya setiap hari. Bukan hanya saya, tetapi semua orang juga.”
“Saya tidak mencoba bersikap kritis secara berlebihan terhadap polisi, ada banyak petugas polisi yang baik di luar sana, tetapi terkadang saya merasa seperti orang yang menempatkan polisi dalam derajat tinggi dan membuat mereka tampak seperti manusia super.”
“Namun faktanya di sini, mereka hanya masyarakat biasa dengan tambahan lencana, senjata, dan pasukan.”
“Jika Anda khawatir tentang pria di sebelah Anda, kenapa Anda tidak khawatir dengan orang yang berpatroli di jalan-jalan yang memiliki lebih banyak kekuatan dan senjata?”
“Di sini, di luar rumah, saya tidak pernah merasa 100 persen aman,” tambahnya.
Teraktual, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengerahkan militer jika protes tetap tidak terkendali. Namun, Onuoha merasa bahwa ini momentum orang kulit hitam untuk didengar.
“Emosional. Ini masalah yang sudah mengendap lama. Ada gelombang energi yang besar ke arah isu ini, ada banyak pembicaraan tentang George Floyd. Masalah ini sudah terjadi selama beberapa dekade.”
“Masyarakat berusaha membuat isu ini terdengar. Saya telah mencoba untuk mengatakan hal ini sejak lama. Cukup sudah! Yang memberi saya kekuatan adalah bahwa kini bukan hanya orang kulit hitam yang melakukan protes.”
“Perubahan akan terjadi, tetapi ada begitu banyak hal dalam demonstrasi. Misalnya, banyak orang kulit hitam takut melakukan apa yang dilakukan orang kulit putih terhadap polisi.”
“Sangat gila melihatnya. Saya tidak akan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh melakukan apa-apa karena mereka tidak terdengar selama ini, jadi biarkan mereka didengar sekarang,” pungkasnya.