Stats Perform
·4 Mei 2020
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·4 Mei 2020
Patrice Evra tak sungkan mengakui dirinya pernah menjadi pengemis ketika masih berstatus sebagai tunawisma di Paris dan menyatakan bahwa hal itu membantu dirinya untuk memiliki karakter kuat saat ini.
Evra menikmati kesuksesan dalam karier bermainnya selama 20 tahun, dengan memperkuat klub-klub besar seperti AS Monaco, Manchester United dan Juventus.
Sang bek kiri memiliki puncak performanya saat berada di Old Trafford, membantu United memenangkan 15 trofi, di antaranya lima Liga Primer Inggris dan satu Liga Champions.
Ia juga dianggap sebagai salah satu bek kiri terbaik di generasinya, dan mampu memenangkan total 81 caps bersama tim nasional Prancis.
Namun, siapa sangka jika masa muda eks penggawa United yang kini berusia 38 tahun diwarnai dengan periode kelam, yang bahkan harus dilaluinya dengan menggelandang di jalanan, sebelum sampai ke jenjang sepakbola profesional.
"Saya akan jujur kepada Anda, masa-masa muda saya sulit karena saya punya begitu banyak saudara, jadi tidak mudah untuk hidup di jalanan," kata Evra, yang punya total 25 saudara, kepada podcast resmi United.
"Saya hidup di Paris, tapi tinggal di jalanan dan terkadang sama bahkan tidak bisa makan."
"Saya ingat saudara saya Dominique bekerja di McDonalds, jadi saya pergi ke sana dan saat istirahat ia memberi saya makanan yang sebenarnya menjadi jatahnya."
"Saya tidak malu mengatakan bahwa saya pernah mengemis uang di depan toko-toko dan ketika saya melihat beberapa orang, saya berkata, 'Bolehkah saya meminta Euro [uang]?' dan terkadang mereka memberi saya uang dan terkadang juga tidak, hanya karena saya ingin membeli sandwich."
"Itu adalah masa-masa sulit, tapi juga bahagia. Saya selalu bahagia dan selalu merasa beruntung, saya tidak akan mengubah ceritanya, saya akan tetap menceritakan apa adanya karena itulah yang membangun karakter saya."
"Beberapa orang, ketika berhasil maka yang dilihat hanyalah pencapaian akhirnya, mereka hanya melihat di TV bahwa ada sosok superstar, tapi sebenarnya, di jalanan, saya belajar banyak dan itu membantu saya menjadi kuat."
"Terutama setelah Piala Dunia [2014] ketika saya menjadi kapten dan banyak orang menyalahkan saya, tapi saya masih tetap tegar karena saya tahu di jalanan saya memiliki masa-masa yang lebih sulit dari itu, dari pada mendengar apa yang dikatakan media tentang Anda."
Evra menekankan bahwa niat dirinya menceritakan masa lalunya bukan karena ingin mendapat simpati, namun justru ingin agar kisahnya menjadi inspirasi anak-anak agar pantang menyerah.
Katanya: "Saya bukan korban, saya tidak merasa sedih. Saya tidak ingin orang-orang begitu mencintai saya karena saya merasakan hal-hal menyedihkan. Saya hanya menceritakan pengalaman hidup saya."
"Saya hanya ingin memotivasi lebih banyak anak-anak agar pantang menyerah tidak peduli apa pun yang akan terjadi. Jika Anda percaya akan menjadi seseorang yang Anda yakini, maka Anda akan bisa mewujudkannya. Itulah intinya."