Bolasport.com
·5 Juli 2022
In partnership with
Yahoo sportsBolasport.com
·5 Juli 2022
BOLASPORT.COM - Profil Christophe Galtier yang menjadi pelatih anyar Paris Saint-Germain dan dikenal sebagai pembawa tim juara.
Juara Liga Prancis 2021-2022, Paris Saint-Germain, resmi menunjuk pelatih baru, Christophe Galtier, Selasa (5/7/2022) waktu setempat.
Christophe Galtier ditunjuk untuk menggantikan Mauricio Pochettino yang didepak usai 18 bulan menangani Les Parisiens.
Pochettino gagal memenuhi ekspektasi tinggi Paris Saint-Germain setelah dalam kurun waktu tersebut hanya mempersembahkan satu gelar Liga Prancis, satu Coupe de France, dan satu Piala Super Prancis.
Galtier dikontrak oleh Paris Saint-Germain dengan durasi selama dua musim hingga 30 Juni 2024.
Namun, siapa sosok Galtier? Mengapa Paris Saint-Germain menjadikannya sebagai juru taktik?
Bagi penikmat sepak bola Prancis, Christophe Galtier bukan nama yang asing.
Kiprahnya sebagai pelatih pernah menukangi sejumlah klub Liga Prancis dan menghasilkan prestasi penting.
Galtier memulai karier sebagai pelatih usai gantung sepatu pada tahun 1999. Saat itu, usia Galtier masih 33 tahun.
Tak berselang lama usai pensiun, Galtier menjajal dunia pelatih dengan menjadi asisten pelatih Olympique Marseille.
Di bekas klubnya saat menjadi pemain tersebut, Galtier hanya berada selama satu setengah musim.
Galtier lalu melanglang buana menjadi asisten pelatih selama 10 tahun dengan banyak bekerja bersama pelatih Alain Perrin.
Melansir dari Transfermarkt, Galtier bertualang bersama Alain Perrin mulai tahun 2004 di Al-Ain hingga Olympique Lyon, Portsmouth, dan Saint-Etienne.
Karier Galtier naik menjadi pelatih kepala saat Alain Perrin meninggalkan jabatan pelatih di Saint-Etienne pada Desember tahun 2009.
Bersama Saint-Etienne, Galtier menukangi klub yang bermarkas di Geoffroy-Guichard ini selama 8 tahun mulai dari 2009 sampai 2017.
Galtier berhasil membawa tim berjuluk Le Vers tersebut membuka puasa gelar dengan menjadi kampiun Coupe de la Ligue atau Piala Liga Prancis pada tahun 2013.
Galtier mengukir sejarah memberikan gelar Coupe de la Ligue pertama bagi Saint-Etienne.
Selama 8 musim tersebut, Saint-Etienne, yang mulanya di papan bawah, mampu dibawa Galtier langganan peringkat 10 besar Liga Prancis, bahkan pernah mencapai empat besar.
Galtier akhirnya mengakhiri kerja sama dengan Saint-Etienne setelah kontraknya habis pada 30 Juni 2017.
Pelatih berusia 55 tahun ini sempat menganggur beberapa bulan sebelum direkrut oleh LOSC Lille pada Desember 2017.
Galtier didapuk sebagai pelatih Lille kala tim berjuluk Les Dogues tersebut berada di papan bawah.
Selama menukangi Lille tiga setengah musim, Galtier mampu mengubah tim tersebut menjadi penantang gelar Ligue 1.
Galtier menyelamatkan Lille di musim 2017-2018 dari degradasi setelah mengakhiri klasemen dengan jarak satu poin dari Toulouse.
Pada musim penuh pertamanya di 2018-2019, Galtier berhasil membawa Lille finis di posisi kedua di bawah PSG dan lolos ke Liga Champions 2019-2020.
Lille kemudian menjadi langganan peringkat lima besar dan sebagai salah satu pemecah dominasi PSG.
Baca Juga: Kisah Tyrell Malacia, Pemain Baru Manchester United: Si Anak Mama-Papa Dambaan Semua Orang Tua
Puncaknya, Galtier mampu mengantarkan Lille jadi kampiun Liga Prancis 2020-2021 untuk memutus kedigdayaan PSG.
Galtier mengakhiri cerita manisnya bersama Lille ketika kontraknya selesai pada Juni 2021.
Galtier lalu menukangi OGC Nice di musim 2021-2022 dan mengantarkan timnya finis di posisi kelima di klasemen Ligue 1.
Kini, beban berat berada di pundak Galtier setelah didapuk menjadi pelatih PSG yang kerap kali bakal dipecat jika tak bisa memenuhi ekspektasi.
Dalam wawancara perdananya yang dikutip BolaSport.com dari situs resmi PSG, Galtier mengungkapkan bahwa dirinya merasa bangga bisa menangani salah satu klub terbesar dunia.
"Pertama, ketika Anda menjadi pelatih Paris Saint-Germain, Anda menjadi pelatih salah satu klub terbesar di dunia," kata Galtier.
"Dengan eksposur global, Parc des Princes, Paris, ibu kota, Paris Saint-Germain dan warnanya yang indah. Tentu saja bisa menjadi banyak tekanan, tetapi bukan itu yang saya lihat."
"Saya tentu saja bangga dan juga sedikit emosional ketika saya tiba di Parc des Princes karena saya tahu banyak pelatih ingin berada di posisi saya."
"Ada beban tanggung jawab. Kami memiliki kewajiban untuk mendapatkan hasil, tidak hanya dalam hal kemenangan, tetapi juga dalam hal kualitas permainan kami dan citra kami."
"Hal itu yang akan saya fokuskan dalam pekerjaan saya dengan para pemain saya, tim teknis saya, dan staf medis saya untuk memastikan bahwa kami tidak hanya memiliki musim yang menyenangkan, tetapi juga musim yang luar biasa," tutur Galtier melanjutkan.
Dengan beban berat dan ambisi PSG untuk menjadi jawara Liga Champions, Galtier bakal dihadapkan dengan tim yang memiliki tekad besar dan bertabur pemain bintang.
Mampukah Galtier mewujudkan ambisi tersebut? Ataukah nasibnya akan berakhir sama seperti pelatih-pelatih sebelumnya yang harus ditendang karena gagal memenuhi ekspektasi? Menarik untuk dinantikan kiprah Galtier bersama Paris Saint-Germain.