Stats Perform
·17 Juni 2020
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·17 Juni 2020
John Terry mengakui bahwa ayahnya sempat tidak mengizinannya gabung Chelsea. Sang mantan pemain belakang itu melanjutkan jika keluarganya kala itu berusaha mendorongnya untuk merapat ke Manchester United.
Terry pada akhirnya mantap memilih The Blues dan mendapatkan status legenda di Stamford Bridge, dengan ia menghabiskan 19 musim bersama klub London tersebut dan mencatatkan 717 penampilan di semua kompetisi.
Dia awalnya bergabung dengan Chelsea pada usia 14, setelah sempat memperkuat akademi West Ham United. Pada saat itu, Terry memiliki pilihan untuk bergabung dengan beberapa klub terbesar di Liga Primer, termasuk Arsenal dan Manchester United, tetapi Chelsea menang, meskipun dia mengatakan bahwa keputusan itu tidak didukung oleh keluarganya, terutama sang ayah.
"Saya memiliki pilihan antara Arsenal, Chelsea dan Manchester United dan untuk bersikap adil, mereka semua luar biasa,” katanya kepada Footballer's Guide to Football podcast. “Saat saya berjalan ke Chelsea, itu terasa benar. Saya tahu ini akan terdengar sangat aneh.
“Sekali lagi, ayah saya tidak pernah ingin saya bergabung dengan Chelsea. Sebenarnya, di lapangan saat saya menandatangani formulir sekolah saya untuk klub [Chelsea], ayah saya menolak pergi ke lapangan dengan saya.
“Ketika saya di dalam lorong [stadion], para pemain keluar dari lapangan sedangkan saya menunggu di dalam, kemudian Glenn Hoddle lewat dan ayah saya pergi sembari mengatakan, ‘Kamu tidak akan gabung klub sepakbola ini, kita harus meneken kontrak dengan Manchester United’.
"Sekali lagi, saya menjadi pribadi saya, ‘Saya 100 persen yakin saya akan gabung klub ini, jika ayah tidak bersama saya, saya akan keluar sendiri untuk menandatanganinya’. Tentunya Anda membutuhkan orang tua, jadi ibu saya yang datang dan dia menandatangani kontrak itu dengan saya, ayah saya marah pada ibu saya, 'Tidak, tidak boleh!’
"Ada foto ibuku dan Graham Rix yang tengah menandatangani kontrak saya, tetapi ayah saya menolak dan lantas ribut malam itu. Sekali lagi, saya menjadi karakter saya, saya tahu Chelsea cocok untuk saya.
“Suatu malam yang mungkin seharusnya menjadi salah satu malam terbaik dalam hidup saya ternyata menjadi malam yang sulit bagi seorang anak muda berusia 14 tahun.
"Saya sudah tahu dan mencintai Chelsea sejak saya masuk dan tidak pernah menoleh ke belakang, saya masih mencintai klub tersebut dan tetap melihat semua hasil pertandingan mereka.”