Stats Perform
·26 November 2019
In partnership with
Yahoo sportsStats Perform
·26 November 2019
Julian Draxler adalah pesepakbola yang akrab dengan kritik!
Mulai dari ayah yang sangat menuntut untuk meraih sukses, pemain tim nasional Jerman ini sering mendapat penilaian negatif terkait penampilannya di atas lapangan.
Sebagai bakat yang gemilang di Bundesliga bersama Schalke pada 2011, ejekan dan pelecehan datang dan pergi bagi Draxler di sebuah tim yang kemudian diperkuat oleh legenda Real Madrid Raul Gonzales.
Sekarang bersama PSG, sentilan untuk Draxler tetap tidak menjauh dan dia mengaku ketika remaja dan masih bersama Schalke, hal-hal tersebut sangat sulit untuk diterima namun dia berhasil melaluinya dan memetik hasil positif.
"Petualangan di Schalke bagi saya berbeda dari yang lainnya," ujarnya pada Goal dan DAZN.
"Terlalu banyak mata yang memperhatikan. Ketika kami kalah saya tidak hanya mendengar ejekan dari fans, tetapi juga dari tetangga, keluarga dan keluarga teman."
"Sebagai contoh, saya berada di perayaan ulang tahun paman saya dan di sana datang juga seseorang yang selalu menyaksikan langsung pertandingan Schalke. Kemudian dia menghampiri dan mengatakan betapa tidak becusnya saya."
"Begitulah cara orang-orang berbicara di Ruhr, tidak disaring. Sekarang orang-orang tidak peduli apakah Anda baru berusia 19 dan masih dalam proses perkembangan."
"Di waktu yang sama, orang-orang juga punya penilaian bagus apakah Anda benar-benar fokus atau sebaliknya."
"Saat remaja dulu biasanya Anda langsung membela diri dan merasa tahu segalanya. Tetapi jika diingat lagi, Anda juga akan menyadari kebanyakan dari mereka benar."
Meski Draxler kesulitan keluar dari kritik, dia sukses menorehkan kesan positif di Shalke dengan mencetak gol kemenangan ke gawang Nurnberg di masa injury time di DFB-Pokal.
Mengenang lagi masa itu, Draxler mengatakan momen tersebut punya dampak besar dalam kariernya.
"Seperti film Hollywood," lanjutnya.
"Tiga hari sebelumnya saya mencatat debut starter di Hannover, tidak terlalu spesial dan penampilan saya tidak bagus tetapi tetap keren karena kami menang 1-0 dan itu kemenangan pertama saya bersama Schalke."
"Kemudian Nurnberg. Setelah pertandingan ini segalanya berubah total."
"Saya punya seribu kenangan tentang itu. Anda tidak akan pernah bisa melupakan pengalaman tersebut. Jika menonton lagi wawancara setelah pertandingan, bahkan saya sulit mengenali diri sendiri."
"Setelah mencetak gol saya tidak tahu harus berlari kemana dan berusaha terlihat profesional. Tetapi saya masih berusia 17 dan mungkin ingin memeluk cameraman."
"Hari berikutnya saya seharusnya pergi ke sekolah tetapi mengatakan, 'saya tidak akan pergi ke sana'. Gol itu mengubah segalanya."
Langsung